Interaksi Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Ilmu Sosial Dasar
11/20/2012
UNIVERSITAS GUNADARMA
Disusun oleh :
Nama : Maydhi Wiratamara Nursholehah
NPM : 54412503
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Fakultas : Teknologi Industri
Jurusan : Teknik Informatika
Kelas :
1IA10
|
|
|
|
|
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Interaksi
Manusia Sebagai Makhluk Sosial” tepat pada waktunya.
Makalah ini menjelaskan tentang apa itu manusia dan bagaimana interaksi manusia
sebagai makhluk sosial yang hidup di dunia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
di kehidupan masyarakat baik bagi penulis maupun pembaca. Selesainya penulisan
makalah ini semata-mata berkat bantuan dari berbagai pihak, yang telah
memberikan dukungan dalam berbagai bentuk kepada penulis. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca, guna
menyempurnakan makalah ini.
Depok,
20 November 2012
Penulis
(Maydhi Wiratamara Nursholehah)
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang
memiliki tujuan dalam hidupnya. Lalu dengan semakin banyaknya keinginan dan
tujuannya, manusia berpikir mengenai konsep untuk mengubah gagasan-gagasan
mereka. Proses berpikir tersebut menghasilkan suatu hal, yang disebut organisasi.
Organisasi adalah kesatuan sosial yang terkoordinasi secara sadar dengan
memiliki batasan tertentu serta berfungsi secara terus menerus untuk mencapai
tujuan bersama.
Organisasi dapat dikelompokkan
dengan menggunakan beberapa kriteria. Pertama, berdasarkan jumlah orang yang
memegang suatu pimpinan, kedua, berdasarkan kekuasaan. Selanjutnya berdasarkan
sifat hubungan personal. Keempat, berdasarkan tujuan, profit atau non profit.
Kelima, berdasarkan kehidupan dalam masyarakat. Lalu berdasarkan fungsi dan
tujuan yang dilayani. Terakhir, berdasarkan pihak yang memakai manfaat. Pada
penelitian ini, konteks organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang
bertujuan profit dan bergerak dalam dunia usaha atau kata lain sebuah
perusahaan.
Tetapi semua itu tidak lepas dari
hakikat manusia yang sebenarnya. Dalam kehidupan manusia membutuhkan sebuah
ketenangan jiwa dalam hidupnya oleh karena itu manusia meyakinkan bahwa Tuhan
itu ada dan akan membantu setiap manusia dimuka bumi ini. Hakikat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan paling mulia. Hal ini
disebabkan karena manusia memiliki akal, pikiran, rasio, daya nalar, cipta dan
karsa, sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya.
1.1
Latar Belakang
Manusia pada
umumnya dilahirkan seorang diri. Namun sejak awal kehidupannya dia sudah
membutuhkan bantuan orang lain dalam proses kelahirannya. Manusia memiliki
naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. Manusia apabila dibandingkan
dengan makhluk-makhluk hidup lainnya, seperti hewan, maka dia tidak akan dapat
hidup sendiri karena manusia tidak dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisik yang
cukup untuk dapat hidup sendiri, misalnya kuku dan gigi yang kuat untuk mencari
makan sendiri pada Harimau,. Manusia tanpa manusia pasti akan mati. Hal inilah
yang mendasari bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Seperti yang telah kita
ketahui, manusia pertama yang ada di bumi yaitu Adam telah ditakdirkan untuk
hidup bersama dengan manusia lain yaitu istrinya yang bernama Hawa.
Dari segi
inilah dapat dikatakan manusia tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu pasti
membutuhkan individu yang lain dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sebagai upaya adaptasi dan pemanfaatan lingkungan. Macam-macam kebutuhan hidup
antara lain: kebutuhan biologis, kebutuhan sosial manusia, dan kebutuhan
psikologis. Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya maka terciptalah
kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia ini, karena
manusia tak mungkin hidup sendiri. Kelompok sosial akan mengalami perkembangan
dan perubahan
1.2
Tujuan Makalah ini diantaranya sebagai berikut
a.
Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar
b.
Membedah teori dan kebenaran dilapangan tentang
Manusia sebagai Makhluk Sosial, asal mula keragaman hidup, kodrat manusia
bermasyarakat, alasan-alasannya, norma sosial, nilai sosial, interaksi sosial,
dan sebagainya
c.
Menumbuhkan kesadaran hidup bermasyarakat dan
menerapkan nilai-nilai sosial yang telah lama lumpuh dikarenakan kalah dengan
kepentingan ekonomi, keegoisan diri, dan sebagainya. Haruslah ditanamkan sikap
saling membantu, empati (peduli kesusahan orang lain), dan hal lainnya.
1.3
Batasan Masalah
Manusia sebagai Makhluk Sosial itulah batasan masalahnya, sehingga tidak
membahas Manusia sebagai Makluk Berketuhanan, Makhluk Individu, Makhluk Budaya
dan hal lainnya. Pembatasan masalah ini agar adanya kefokusan dalam membedah
secara mendalam materi dari tema yang harus dibahas. Jika memungkinkan makalah
lainnya tentang Manusia sebagai Makluk Berketuhanan, Makhluk Individu, Makhluk
Budaya dan hal lainnya itu dibuatkan namun untuk saat ini cukuplah makalah ini
sebagai permulaan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Dalam makalah ini dijelaskan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, yang dimana setiap manusia membutuhkan bantuan
orang lain. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal pikiran yang berkembang
serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada
diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak
hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya,
manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain,
manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma
sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan
suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang
bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
A.
Asal Mula Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,
selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia. Diperkuat dengan dalil Aristoteles mengatakan Manusia itu Zoon
Politicon yang artinya satu individu dengan individu lainnya saling membutuhkan
satu sama lain sehingga keterkaitan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedang menurut Freud, super-ego pribadi manusia sudah mulai
dibentuk ketika ia berumur 5-6 tahun dan perkembangan super-ego tersebut
berlangsung terus menerus selama ia hidup. Super-ego yang terdiri dari atas
hati nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan
berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya, sehingga sudah
jelas bahwa tanpa pergaulan sosial itu manusia itu tidak dapat berkembang
sebagai manusia seutuhnya. (DR. WA Gerungan, Dipl. Psych. Psikologi Sosial.
Penerbit: PT. Refika Aditama, Bandung. Cetakan Pertama, Juli 2004. Hal. 27).
Disamping sebagai makhluk yang unik, manusia juga menjadi makhluk social.
Makhluk sosial adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan
kehadiran orang lain. Sebagai makhluk sosial ia memiliki tabiat suka kerjasama
dan bersaing sekaligus. Jika dalam bekerjasama dan bersaing mereka berlaku fair
(terbuka) maka harmoni sosial akan tercipta. Tetapi jika mereka bersaing secara
tidak fair (tertutup) maka konflik antar manusia bisa terjadi. Sebagai makhluk
social manusia merindukan harmoni social (perdamaian) tetapi juga tak pernah
berhenti dari konflik. Desain manusia sebagai makhluk social bukan fikiran
manusia, tetapi juga berasal dari Tuhan Sang Pencipta. Kitab Suci penuh dengan
pesan-pesan harmoni sosial, antara lain:
a.
Bahwa manusia itu diciptakan Tuhan memiliki identitas
bersuku-suku, berbangsa-bangsa, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh masing-masing etnis, tetapi perbedaan itu dimaksud untuk menjadi
sarana pergaulan, saling mengenal dan saling bekerjasama dalam kebaikan (ta’aruf)
(QS. al Hujurat : 13)
b.
Sebagai makhluk sosial, manusia pasti membutuhkan
orang lain, dan bagaimana sosok kedirian seorang manusia terbentuk oleh
lingkungan yang menjadi sosiokulturnya. Manusia menjadi manusia jika ia
berkumpul dengan manusia. Manusia menjadi siapa tergantung pengalamannya dengan
siapa.
c.
Bahwa di hadapan Tuhan, manusia diperlakukan sama
dalam martabat kemanusiaannya.Tuhan tidak memandang identitas etnis (bahasa,
warna kulit) dan sosok fisiknya sebagai suatu kelebihan. Hanya takwa (kualitas
rohani) manusia yang dinilai oleh Tuhan. (QS. al Hujurat:13). Tuhan tidak
menilai rupa dan warna kulit, tetapi hatinya yang dinilai (hadits).
d.
Bahwa pergaulan sosial dan silaturrahmi dapat menumbuhkan
rasa indah dalam kehidupan serta menimbulkan suasana dinamis dan merangsang
pertumbuhan ekonomi.
e.
Bahwa berfikir positif kepada orang lain akan
meringankan beban hidup. Sebaliknya buruk sangka dan curiga/berfikir negatip
kepada orang lain hanya akan mempersempit ruang lingkup pergaulan, memojokkan
diri sendiri. Berfikir negatip dan buruk sangka bukan hanya merugikan secara
psikologis, tetapi juga secara ekonomi, yakni menjadi kontra produktif.
f.
Bahwa Tuhan yang Maha Pengasih itu telah memberi
kepada manusia begitu banyak kenikmatan yang tak terhitung jumlah dan nilainya
(al kautsar). Adanya perbedaan kapasitas pada manusia (pintar-bodoh, kaya
miskin, lancar-tersendat, dan sebagainya.) merupakan bagian dari ujian dan
tantangan hidup yang di dalamnya terkandung hikmah yang tak ternilai.
g.
Kesanggupan seseorang untuk mengambil hikmah dari
keragaman keadaan, akan membuat hidupnya menjadi indah dan dinamis, sebaliknya
dendam, iri hati dan dengki hanya akan menguras energi, bagaikan api yang
membakar dirinya (amal ibadahnya) dan membakar orang lain (fisik, psikis dan
materil)
h.
Iri hati yang positip hanya ada pada dua hal, yaitu;
·
Iri kepada orang yang dianugerahi Tuhan harta banyak,
tetapi ia menggunakan hartanya itu untuk kemaslahatan masyarakat dan hal-hal
lain yang terpuji.
·
Iri kepada orang yang dianugerahi Tuhan ilmu yang
banyak, dan orang itu mengamalkan ilmunya serta mengajarkannya kepada orang lain.
i.
Iri dan dengki timbul pada manusia disebabkan karena
mereka bersaing untuk menjadi yang tertinggi dalam bidang yang sempit, yaitu
harta dan pangkat (al mal wa al jah). Jika manusia bersaing dalam bidang yang
luas, misalnya dalam bidang kebajikan dan kebaikan universal niscaya tidak
terjadi iri dan dengki karena medan kebajikan sangat luas untuk menampung semua
peserta. Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalui
interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan
orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Cooley berpendapat
looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang
mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap
berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap
penampilannya. Pada tahap ketigaseseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari
orang lain.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain
Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di
tengah-tengah manusia.
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang
menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana
memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
o Dorongan
untuk makan.
o Dorongan
untuk mempertahankan diri.
o Dorongan
untuk melangsungkan jenis.
Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya
sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen
yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar
masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk
meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang
terdiri dari:
1. penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2. penghematan tenaga dimana ini merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
1. penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2. penghematan tenaga dimana ini merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan
kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari
gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah
interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses
meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai
makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah
adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial
lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya.
Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia
terdiri dari tiga hal yakni :
Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang
berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang
tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang
yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk
membentuk kondisi seperti semula.
Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan
interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah
interaksi yang harmonis.
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
B.
Interaksi Sosial dan Sosialisasi
Interaksi Sosial
Kata
interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan
masyarakat. Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling
pengaruh mempengaruhi daya pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari hubungan satu dengan yang
lain.
Interaksi
sosial antar individu terjadi jika dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada
saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan
mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari
interaksi sosial. Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor
sebagai berikut Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
Sugesti
adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu.
Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari
dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi
sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu
mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan
pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama)
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Simpati
adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan
seperti juga pada proses identifikasi.
Setiap
manusia mempunyai hakikatnya dalam hidup. Ada beberapa pemahaman tentang
hakikat manusia.
HOMO RELIGIUS: Pandangan tentang sosok manusia dan
hakikat manusia sebagai makhluk yang beragam. Manusia diciptakan Tuhan Yang
Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lain ciptaan-Nya. Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa
berfikit, bertindak, berusaha dan bisa manentukan mana yang baik dan benar.
Disisi lain manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan.
Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta alam semesta. Oleh
sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia, pada hakikatnya manusia adalah makhluk
religius yang mempercayai adanya sang maha pencipta yang mengatur seluruh
sistem kehidupan dimuka bumi ini.
HOMO SAPIENS: Pemahaman hakikat manusia sebagai
makhluk yang bijaksana dan dapat berfikir atau sebagai animal rationale.
Hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan paling
mulia. Hal ini disebabkan oleh manusia karena memiliki akal, pikiran, rasio,
daya nalar, cipta dan karsa, sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat
tumbuh dan berkembang, namun yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya
adalah manusia memiliki daya pikir sehingga ia bisa berbicara, berfikir,
berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan
kehidupannya yang lebih baik.
HOMO FABER: Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk
yang berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat
menciptakan atau menghasilkan sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia
juga menggunakan karya lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan
kemakmuran hidupnya. Melalui kemampual dan daya pikir yang dimilikinya, serta
ditunjang oleh daya cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam
tatanan organisasi kemasyarakata menuju kehidupan yang lebih baik.
HOMO HOMINI SOCIUS: Kendati manusia sebagai makhluk
individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara
yang satu dengan yang lainnya, namun pada saat yang bersamaan manusia juga
sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya. Ia senantisa berinteraksi dengan
lingkungannya. Ia berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu masyarakat
tertentu. Walaupun terdapat pendapat yang berlawanan, ada yang menyebut manusia
adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir
inilah yang harus dihindarkan agar tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini.
Sejarah telah membuktikan adanya perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa,
pada akhirnya hanya membuahkan derajat peradapan manusia semakin tercabik-cabik
dan terhempaskan.
Manusia sebagai makhluk etis dan estetis: Hakikat
manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang memiliki kesadaran susila
(etika) dalam arti ia dapat memahami norma-norma sosial dan mampu berbuat
sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya. Sedangkan makna estetis
yaitu pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa
keindahan (sense of beauty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sosok
manusia yang memiliki cita, rasa, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya.
Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert
Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972).
Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi
dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage,
game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai
belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap
game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus
dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh
orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
v Kesimpulan
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a.
Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.
Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari
orang lain.
c.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain
d.
Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di
tengah-tengah manusia.
v Saran
Haruslah menanamkan nilai-nilai sosial yang pada saat ini mulai luntur, meski beratnya dalam hal keuangan bersifat ekonomi, tapi tidak mementingkan kepentingan diri sendiri, satu sama lain harus punya kesadaran yang tumbuh dalam pola pikir masing-masing, kita makhluk yang memiliki keterbatasan sehingga bantuan orang lain diperlukan disini. Jangan mengganggap orang lain rendah dihadapan kita sebab belum tentu semua itu, malah itu menyebabkan penyakit sombong dan dendam tumbuh di hati kita dari situlah harus menanamkan sikap ramah pula, bukan berpura-pura ramah dihadapannya, karena bagaimana pun kita hidup tidak akan terpisahkan dari keberadaan manusia lain. Semoga hal ini bisa diterapkan, dan mengalami perubahan yang signifikan.
Haruslah menanamkan nilai-nilai sosial yang pada saat ini mulai luntur, meski beratnya dalam hal keuangan bersifat ekonomi, tapi tidak mementingkan kepentingan diri sendiri, satu sama lain harus punya kesadaran yang tumbuh dalam pola pikir masing-masing, kita makhluk yang memiliki keterbatasan sehingga bantuan orang lain diperlukan disini. Jangan mengganggap orang lain rendah dihadapan kita sebab belum tentu semua itu, malah itu menyebabkan penyakit sombong dan dendam tumbuh di hati kita dari situlah harus menanamkan sikap ramah pula, bukan berpura-pura ramah dihadapannya, karena bagaimana pun kita hidup tidak akan terpisahkan dari keberadaan manusia lain. Semoga hal ini bisa diterapkan, dan mengalami perubahan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar